:: Welcome ::

Ciuman Menyebabkan HIV ?  

Rabu, 04 November 2009

Hi all...
Ini adalah cerita saya waktu saya memberi materi tentang HIV/AIDS di sekolah saya. Waktu itu, diadakan kegiatan masa orientasi siswa.

Nah, di sela-sela penjelasan saya yang panjang lebar mengenai HIV dan cara penularannya, iseng saya memancing siswa baru dengan pertanyaan yang cukup membuat otak rancu, kalau misalnya orang tersebut memiliki pengetahuan yang minim tentang HIV/AIDS.

Saya bertanya kepada semua siswa,"Apa ciuman bisa menularkan HIV?"

Awalnya mereka diam. Entah berpikir atau kebingungan.
Lalu saya tunjuk salah seorang siswa, agar tak menghabiskan waktu berpikir terlalu lama.
Ternyata dia jawab, "Bisa".
Saya tanya alasannya. Dia menjelaskan kalau ciuman itu dapat menularkan HIV/AIDS, sebab dari liur seorang pengidap HIV+, kemungkinan ada virus yang dibawa ke pasangan ciumannya.
Oia, sebelumnya saya belum menjelaskan pada mereka tentang media penularan virus HIV.

Lalu, apakah jawaban itu benar?

Jadi, saat berciuman, liur pengidap HIV memang menyatu dengan pasangannya. (Tergantung dari tipe ciumannya)
Liur TIDAK BISA menularkan HIV, karena selain cairan kelamin, air susu dan darah, media lain tidak memungkinkan menjadi media penularan HIV.

Tapi, liur BISA menularkan HIV saat pasangan berciuman dari si pengidap HIV mengalami luka pada bibirnya.
Atau hal yang paling ganas, berciuman yang membuat perlukaan pada mulut dan bibir.

Dari pemberian materi itu saya bisa menyimpulkan bahwa masih banyak remaja-remaja yang masih memerlukan pengetahuan tentang HIV.

Tetap jaga diri dari HIV/AIDS :)

AddThis Social Bookmark Button


AIDS (English)  

Selasa, 20 Oktober 2009


What is HIV/Aids?
HIV is an acronym for Human Immunodeficiency Virus. In early publications you may see the term HTLV-III or LAV. The term used today is HIV.
HIV is a virus that attacks parts of the immune system. When the virus enters the body it breaks down parts of the body's defence mechanisms. These defences usually fight bacteria, viruses and fungal infections.

After the virus has been in the body for some time many HIV positive people become ill from opportunistic infections, such as fungal infections, toxoplasmosis and some types of cancer. The ‘seeds' of these infections lie dormant in most people and have no negative effects while the immune system functions well.
Stages of HIV infection: A person who is infected with HIV has HIV infection. HIV infection with symptoms is called ‘symptomatic HIV infection'. Sometimes, however, there are no symptoms. This is called ‘a-symptomatic HIV infection'.

HIV infection can be divided into several stages:
Sudden (acute) HIV infection: About 3 to 6 weeks after becoming infected with the virus most people (but not all) experience a brief illness. The most common symptoms are fever, pain when swallowing, and swollen nymph nodes. There may also be rashes, diarrhoea, coughing and a coating on the tonsils.
A-symptomatic HIV infection: After the sudden (acute) stage most people have no symptoms for many years. Some however do get enlarged lymph nodes in various places on their bodies.

AddThis Social Bookmark Button


Tahapan Pandemi AIDS  

Pada awalnya, dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual tersebut ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pekerja seks dan pelanggannya. Tahap ketiga, berkembang penularan kepada pasangan tetap (istri atau suami) dan meningkat penularan kepada bayi dari ibu yang mengidap HIV.

Kerentanan Wanita terhadap HIV

Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis gender.
Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi 'menampung', sementara alat reproduksi yang cenderung letaknya lebih ke dalam daripada pria. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi tanpa diketahui oleh yang bersangkutan. Adanya infeksi tersebut memudahkan masuknya virus HIV.

Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada saat melakukan hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV.
Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan dianggap rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, keterampilan). Akibatnya, kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelecehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan terjerumus dalam tindak pelecehan dan penyimpangan seksual. Lalu terjerumus ke dalam pelacuran.

Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es atau kuda nil, artinya kasus yang tampak dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih kecil dibandingkan kasus yang sesungguhnya.

AddThis Social Bookmark Button


Perkembangan HIV/AIDS di Dunia

Kasus pertama dari HIV/AIDS ini ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981.
Menurut UNAIDS (Badan PBB yang menanggulangi masalah AIDS di dunia) sampai dengan akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta orang, dimana 2.4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, dan 1000 diantaranya adalah bayi dan anak.
Sejumlah 5.8 juta orang telah meninggal akibat AIDS. 1.3 juta diantaranya bayi dan anak-anak. AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika, dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari usia 70 tahun menjadi 40 tahun. Di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.


Pola Penularan Virus HIV

Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang dipakai bergantian), 3-5% dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan pemberian ASI.
Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko penularan dapat dikurangi menjadi 8%.


Orang yang Rawan HIV/AIDS

infeksi virus HIV disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu, yang paling beresiko untuk tertular AIDS adalah siapapun yang mempunyai perilaku seperti itu. Harus diingat bahwa di era globalisasi ini perilaku seperti ini tidak hanya dilakukan oleh kelompok pekerja seks saja, tapi juga pelajar, mahasiswa, pegawai, dan sebagainya. Jadi, yang menjadi masalah di sini adalah bukan pada kelompok, tapi pada perilaku yang berganti-ganti pasangan.


Perjalanan Virus HIV/AIDS

Pada saat seseorang terkena infeksi virus HIV, maka diperlukan waktu 5 sampai 10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia, selama 2-4 bulan virus belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela (window period). Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamakan orang dengan HIV+ (baca: ha i ve positif) karena dalam darahnya terdapat virus HIV. Pada tahap HIV+ ini, pengidap HIV tidak mengalami kelainan fisik apapun, namun, dari segi penularan, jika pengidap HIV+ ini melakukan hubungan seksual juga donor darah, ia bisa menularkan virus HIV ini kepada pasangan seksnya atau orang yang menjadi resipien darahnya.
Sejak masuknya virus HIv ke dalam tubuh manusia, virus ini akan segera menyerang sistem kekebalan tubuh yang terletak pada sel darah putih (limfosit T). Ketika kekebalan tubuh perlahan-lahan hancur, akan muncul penyakit-penyakit lain yang disebut infeksi opportunistik, seperti batuk berkepanjangan, gangguan pencernaan akut, gangguan sistem saraf dan organ vital lainnya. Pengidap HIV dapat meninggal bukan karena ia mengidap HIV, tapi karena penyakit-penyakit yang menyerang setelah sistem kekebalan tubuh telah rusak.

Pengertian CD4

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)

Fungsi Sel CD4
Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia


Pencegahan HIV

Cara mencegah terinfeksi virus HIV terbilang sangat sederhana. HIV dapat dicegah dengan formula A-B-C-D-E.
A = Abstinence, artinya tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.
B = Be faithful, yaitu setia kepada satu pasangan.
C = Condom, mempergunakan kondom saat berhubungan seksual, jika Anda adalah seorang pengidap HIV, atau mempunyai perilaku yang rentan terinfeksi virus HIV.
D = Don't inject, artinya tidak memakai narkoba suntik, atau menggunakan jarum suntik secara bergantian.
E = Education, artinya memperbanyak pengetahuan mengenai HIV/AIDS.

selain itu, pencegahan AIDS untuk ibu hamil yang merupakan pengidap HIV+ kepada bayi yang dikandungnya dapat dilakukan dengan cara mengubah proses persalinan menjadi operasi caesar juga diusahakan agar tidak menyusui secara langsung.

AddThis Social Bookmark Button


AIDS  

Sabtu, 15 Agustus 2009

AIDS

Apa itu HIV?
HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.

• Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ?
Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.

• Dimanakah virus HIV ini berada ?
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain

• Apakah CD4 itu ?
CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)

• Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ?
Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia


untuk informasi AIDS yang lebih lengkap, anda bisa mendownload filenya disini.

AddThis Social Bookmark Button


AIDS dan Penularannya  

Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Padahal jika dipahami secara logis, HIV/AIDS bisa dengan mudah dihindari. Bagaimana itu?

Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 1987, kasus HIV/AIDS ditemukan untuk pertama kalinya hanya di Pulau Bali. Sementara sekarang (2007), hampir semua provinsi di Indonesia sudah ditemukan kasus HIV/AIDS.

Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menyedot perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Namun sesungguhnya masih banyak informasi dan pemahaman tentang permasalahan kesehatan ini yang masih belum diketahui lebih jauh oleh masyarakat.

HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi. Sedangkan AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :

  • Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  • Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
  • Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
  • Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)

Penularan

HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

  1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
  5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala :

  1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  2. Dermatitis generalisata yang gatal
  3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
  4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

  1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
  2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
  3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
  4. Bayi yang ibunya positif HIV

HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu ; menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko,tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.

Screening Dengan Teknologi Modern

Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Periode ini biasa diseput sebagai ‘periode jendela’. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi. Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.

Tipe test yang lain adalah test RNA, yang dapat mendeteksi HIV secara langsung. Waktu antara infeksi HIV dan deteksi RNA adalah antara 9-11 hari. Test ini, yang lebih mahal dan digunakan lebih jarang daripada test antibodi, telah digunakan di beberapa daerah di Amerika Serikat.

Dalam sebagian besar kasus, EIA (enzyme immunoassay) digunakan pada sampel darah yang diambil dari vena, adalah test skrining yang paling umum untuk mendeteksi antibodi HIV. EIA positif (reaktif) harus digunakan dengan test konformasi seperti Western Blot untuk memastikan diagnosis positif. Ada beberapa tipe test EIA yang menggunakan cairan tubuh lainnya untuk menemukan antibodi HIV. Mereka adalah

  • Test Cairan Oral. Menggunakan cairan oral (bukan saliva) yang dikumpulkan dari mulut menggunakan alat khusus. Ini adalah test antibodi EIA yang serupa dengan test darah dengan EIA. Test konformasi dengan metode Western Blot dilakukan dengan sampel yang sama.

  • Test Urine. Menggunakan urine, bukan darah. Sensitivitas dan spesifitas dari test ini adalah tidak sebaik test darah dan cairan oral. Ia juga memerlukan test konformasi dengan metode Western Blot dengan sampel urine yang sama.

Jika seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya.Test HIV selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.

Di Indonesia, rumah sakit besar di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas untuk test HIV/AIDS. Di Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah sakit lain juga sudah memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga sudah memiliki fasilitas yang sama.

Daftar Pustaka

http://www.depkes.go.id/. Fakta Tentang HIV dan AIDS. 05 Dec 2006.

http://www.depkes.go.id/. Kumulatif Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2006.

http://www.hivtest.org/. Frequently Asked Question on HIV/AIDS. 2007.

AddThis Social Bookmark Button


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips