:: Welcome ::

AIDS (English)  

Selasa, 20 Oktober 2009


What is HIV/Aids?
HIV is an acronym for Human Immunodeficiency Virus. In early publications you may see the term HTLV-III or LAV. The term used today is HIV.
HIV is a virus that attacks parts of the immune system. When the virus enters the body it breaks down parts of the body's defence mechanisms. These defences usually fight bacteria, viruses and fungal infections.

After the virus has been in the body for some time many HIV positive people become ill from opportunistic infections, such as fungal infections, toxoplasmosis and some types of cancer. The ‘seeds' of these infections lie dormant in most people and have no negative effects while the immune system functions well.
Stages of HIV infection: A person who is infected with HIV has HIV infection. HIV infection with symptoms is called ‘symptomatic HIV infection'. Sometimes, however, there are no symptoms. This is called ‘a-symptomatic HIV infection'.

HIV infection can be divided into several stages:
Sudden (acute) HIV infection: About 3 to 6 weeks after becoming infected with the virus most people (but not all) experience a brief illness. The most common symptoms are fever, pain when swallowing, and swollen nymph nodes. There may also be rashes, diarrhoea, coughing and a coating on the tonsils.
A-symptomatic HIV infection: After the sudden (acute) stage most people have no symptoms for many years. Some however do get enlarged lymph nodes in various places on their bodies.

AddThis Social Bookmark Button


Tahapan Pandemi AIDS  

Pada awalnya, dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual tersebut ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pekerja seks dan pelanggannya. Tahap ketiga, berkembang penularan kepada pasangan tetap (istri atau suami) dan meningkat penularan kepada bayi dari ibu yang mengidap HIV.

Kerentanan Wanita terhadap HIV

Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis gender.
Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi 'menampung', sementara alat reproduksi yang cenderung letaknya lebih ke dalam daripada pria. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi tanpa diketahui oleh yang bersangkutan. Adanya infeksi tersebut memudahkan masuknya virus HIV.

Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada saat melakukan hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV.
Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan dianggap rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, keterampilan). Akibatnya, kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelecehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan terjerumus dalam tindak pelecehan dan penyimpangan seksual. Lalu terjerumus ke dalam pelacuran.

Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es atau kuda nil, artinya kasus yang tampak dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih kecil dibandingkan kasus yang sesungguhnya.

AddThis Social Bookmark Button


Perkembangan HIV/AIDS di Dunia

Kasus pertama dari HIV/AIDS ini ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981.
Menurut UNAIDS (Badan PBB yang menanggulangi masalah AIDS di dunia) sampai dengan akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta orang, dimana 2.4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, dan 1000 diantaranya adalah bayi dan anak.
Sejumlah 5.8 juta orang telah meninggal akibat AIDS. 1.3 juta diantaranya bayi dan anak-anak. AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika, dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari usia 70 tahun menjadi 40 tahun. Di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.


Pola Penularan Virus HIV

Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang dipakai bergantian), 3-5% dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan pemberian ASI.
Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko penularan dapat dikurangi menjadi 8%.


Orang yang Rawan HIV/AIDS

infeksi virus HIV disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu, yang paling beresiko untuk tertular AIDS adalah siapapun yang mempunyai perilaku seperti itu. Harus diingat bahwa di era globalisasi ini perilaku seperti ini tidak hanya dilakukan oleh kelompok pekerja seks saja, tapi juga pelajar, mahasiswa, pegawai, dan sebagainya. Jadi, yang menjadi masalah di sini adalah bukan pada kelompok, tapi pada perilaku yang berganti-ganti pasangan.


Perjalanan Virus HIV/AIDS

Pada saat seseorang terkena infeksi virus HIV, maka diperlukan waktu 5 sampai 10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia, selama 2-4 bulan virus belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela (window period). Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamakan orang dengan HIV+ (baca: ha i ve positif) karena dalam darahnya terdapat virus HIV. Pada tahap HIV+ ini, pengidap HIV tidak mengalami kelainan fisik apapun, namun, dari segi penularan, jika pengidap HIV+ ini melakukan hubungan seksual juga donor darah, ia bisa menularkan virus HIV ini kepada pasangan seksnya atau orang yang menjadi resipien darahnya.
Sejak masuknya virus HIv ke dalam tubuh manusia, virus ini akan segera menyerang sistem kekebalan tubuh yang terletak pada sel darah putih (limfosit T). Ketika kekebalan tubuh perlahan-lahan hancur, akan muncul penyakit-penyakit lain yang disebut infeksi opportunistik, seperti batuk berkepanjangan, gangguan pencernaan akut, gangguan sistem saraf dan organ vital lainnya. Pengidap HIV dapat meninggal bukan karena ia mengidap HIV, tapi karena penyakit-penyakit yang menyerang setelah sistem kekebalan tubuh telah rusak.

Pengertian CD4

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)

Fungsi Sel CD4
Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia


Pencegahan HIV

Cara mencegah terinfeksi virus HIV terbilang sangat sederhana. HIV dapat dicegah dengan formula A-B-C-D-E.
A = Abstinence, artinya tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.
B = Be faithful, yaitu setia kepada satu pasangan.
C = Condom, mempergunakan kondom saat berhubungan seksual, jika Anda adalah seorang pengidap HIV, atau mempunyai perilaku yang rentan terinfeksi virus HIV.
D = Don't inject, artinya tidak memakai narkoba suntik, atau menggunakan jarum suntik secara bergantian.
E = Education, artinya memperbanyak pengetahuan mengenai HIV/AIDS.

selain itu, pencegahan AIDS untuk ibu hamil yang merupakan pengidap HIV+ kepada bayi yang dikandungnya dapat dilakukan dengan cara mengubah proses persalinan menjadi operasi caesar juga diusahakan agar tidak menyusui secara langsung.

AddThis Social Bookmark Button


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips